Senin, 08 Agustus 2016

Transformasi Elang : Mitos atau Fakta?

Seorang teman mem-forward pesan di grup WA yang bercerita tentang transformasi pada elang. Berikut cerita selengkapnya :







Elang memiliki umur yang paling panjang di antara unggas lainnya, yakni mencapai 70 tahun. Akan tetapi, untuk mencapai umur tersebut, elang harus mengambil keputusan yang berat pada umur 40 tahun. Ketika elang berumur 40 tahun, cakarnya menua, paruhnya panjang dan membengkok. Sayapnya menjadi sangat berat karena bulunya telah tumbuh dan tebal sehingga menyulitkan waktu terbang. Pada saat tersebut, elang hanya punya dua pilihan : menunggu mati atau mengalami transformasi yang menyakitkan (waktu 150 hari).



Untuk mencapai transformasi tersebut, elang harus terbang ke atas ke puncak gunung untuk membuat sarang di tepi jurang. Pertama-tama, elang harus mematukkan paruhnya pada batu sampai paruh terlepas dari mulutnya, kemudian berdiam beberapa lama menunggu tumbuhnya paruh baru. Dengan paruh yang beru tumbuh tersebut, ia harus mencabut satu-per-satu cakar-cakarnya. Setelah itu, ia akan mencabut bulu-bulunya. Suatu proses yang panjang dan menyakitkan. Lima bulan kemudian, bulu-bulu elang telah tumbuh. Elang mulai dapat terbang kembali dan menjalani hidup yang baru selama 30 tahun.


It's amazing, right!
Yup, cerita ini memang banyak digunakan sebagai materi oleh banyak motivator. Cerita ini berasal dari daerah wilayah Amerika Serikat, dengan elang bondol (Bald Eagle), yang memang merupakan simbol negara tersebut, sebagai tokoh utamanya.

So, let's figure out if it's true!




Taksonomi 
Elang bondol  (Haliaeetus leucocephalus) merupakan jenis aves yang termasuk dalam family Accipitridae.

Umur 
Umur jenis elang ini memang bisa mencapai lebih dari 40 tahun, namun hanya jika berada pada daerah penangkaran, which means, semua serba terjamin. Bagaimana dengan di alam liar? Well, umurnya bisa jauh lebih singkat, kadang hanya mencapai 20 tahun.

Transformasi (Rebirth)
Nah, ini dia, topik utamanya! Guys, diceritakan bahwa elang naik ke atas gunung dan mematukkan paruhnya di batu. The fact is, bahan utama paruh itu adalah keratin yang serupa dengan kuku pada manusia. Jadi, bisa bayangin dong bagaimana sulitnya hal itu dilakukan? Selain itu, juga dikatakan bahwa elang juga mencabuti cakar-cakarnya. Apakah ini mungkin dilakukan, sementara elang adalah hewan karnivora yang sangat mengandalkan paruh dan cakarnya? Kemudian juga disebutkan bahwa proses transformasi memakan waktu hingga 150 hari. Sob, 150 hari itu sama dengan 5 bulan. Lantas, bagaimana bisa elang bisa menahan lapar hingga 5 bulan lamanya? Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun, disebutkan bahwa elang bondol hanya bisa menahan lapar selama 3 hari dan tidak lebih. So, we can conclude that this is quite impossible to occur.







Bottom Line 
The conclusion is cerita tersebut hanya mitos yang kurang dapat dipertanggungjawabkan keabsahan ilmiahnya. Well, after all, cerita-cerita tertentu memang layak disampaikan, apalagi bila mengandung hikmah yang bisa diambil. But, as smart generation, kita tetap harus bisa menyaring mana informasi yang benar dan mana yang kurang tepat.

1 komentar: