Rabu, 17 Agustus 2016

Menabung Oksigen

Berbicara tentang oksigen, tentunya kita tahu bahwa zat yang satu ini vital banget untuk kehidupan makhluk hidup. Yup! Oksigen adalah satu-satunya zat yang bisa digunakan untuk bernafas dan proses bernafas sendiri penting untuk keberlangsungan hidup kita. Dengan oksigen, kita bisa membakar makanan untuk mendapatkan energi. Tanpa oksigen, sel dan jaringan tubuh kita akan mengalami kematian dan pada akhirnya nyawa kita akan terancam.






Guys, pernah gak berpikir bagaimana seandainya kita kehabisan oksigen? 

Mungkinkah?

Well, hal itu sangat mungkin, guys.

Satu-satunya industri penghasil oksigen hanya dengan bahan utama air hanyalah tumbuhan, guys. Dan dengan adanya alih tata guna lahan dari hutan dan pertanian menjadi pemukiman, tentu produksi oksigen akan semakin berkurang. Belum lagi ditambah dengan pertambahan penduduk yang semakin meningkat setiap tahunnya. Tentu kebutuhan oksigen akan semakin besar. Dan jangan lupakan polusi, guys, rasanya udara bersih yang mengandung oksigen akan semakin langka. Membayangkan dunia tanpa oksigen, rasanya tercekat dan sesak napas. Bagaimana dengan kalian, guys?



Tapi 'kan masih ada alga di lautan yang menghasilkan oksigen?

Sure, tapi ingat, lautan itu adalah muara dari sungai, sedangkan banyak sungai yang sudah tercemar. Cemaran yang datang dari sungai bisa jadi berpengaruh buruk terhadap kualitas alga di lautan.

So, how?
Sebenarnya bukan hal yang sulit, seandainya setiap diri kita menyadari bahwa kita memerlukan oksigen untuk kebutuhan bernafas kita setiap detik. Kita tahu bahwa satu-satunya makhluk Tuhan diberi kecanggihan luar biasa untuk menghasilkan oksigen hanya tumbuhan. So, kenapa kita tidak memulai dari sekarang untuk peduli terhadap mereka, para tumbuhan? Kita bisa memulai dengan tidak merusak tumbuh-tumbuhan yang ada di taman. Bahkan rumput sekalipun berjasa bagi kita karena menghasilkan oksigen. Mau lebih baik? Mau berinvestasi? Kita bisa mulai menanam bunga atau tumbuh-tumbuhan lain yang kita sukai. Bukan hal yang sulit. Kalopun kita tidak memiliki lahan yang luas, tanam saja di pot. Hanya dengan menyiram tanaman setiap pagi, kita bisa menjamin ada oksigen segar yang tersaji di lingkungan rumah kita setiap pagi. Badan akan segar dan sehat dengan oksigen segar setiap pagi. Lagipula kita tidak perlu repot memberi makan, membereskan kotoran, dan memandikan seperti halnya jika kita memelihara hewan peliharaan. Lebih kerennya lagi, guys, jika kita mengusahakan banyak tanaman di rumah kita, maka secara tidak langsung, kita sudah bersedekah oksigen pada tetangga dan lingkungan sekitar.



Investasi dunia akhirat kan, guys?



Senin, 08 Agustus 2016

Transformasi Elang : Mitos atau Fakta?

Seorang teman mem-forward pesan di grup WA yang bercerita tentang transformasi pada elang. Berikut cerita selengkapnya :







Elang memiliki umur yang paling panjang di antara unggas lainnya, yakni mencapai 70 tahun. Akan tetapi, untuk mencapai umur tersebut, elang harus mengambil keputusan yang berat pada umur 40 tahun. Ketika elang berumur 40 tahun, cakarnya menua, paruhnya panjang dan membengkok. Sayapnya menjadi sangat berat karena bulunya telah tumbuh dan tebal sehingga menyulitkan waktu terbang. Pada saat tersebut, elang hanya punya dua pilihan : menunggu mati atau mengalami transformasi yang menyakitkan (waktu 150 hari).



Untuk mencapai transformasi tersebut, elang harus terbang ke atas ke puncak gunung untuk membuat sarang di tepi jurang. Pertama-tama, elang harus mematukkan paruhnya pada batu sampai paruh terlepas dari mulutnya, kemudian berdiam beberapa lama menunggu tumbuhnya paruh baru. Dengan paruh yang beru tumbuh tersebut, ia harus mencabut satu-per-satu cakar-cakarnya. Setelah itu, ia akan mencabut bulu-bulunya. Suatu proses yang panjang dan menyakitkan. Lima bulan kemudian, bulu-bulu elang telah tumbuh. Elang mulai dapat terbang kembali dan menjalani hidup yang baru selama 30 tahun.


It's amazing, right!
Yup, cerita ini memang banyak digunakan sebagai materi oleh banyak motivator. Cerita ini berasal dari daerah wilayah Amerika Serikat, dengan elang bondol (Bald Eagle), yang memang merupakan simbol negara tersebut, sebagai tokoh utamanya.

So, let's figure out if it's true!




Taksonomi 
Elang bondol  (Haliaeetus leucocephalus) merupakan jenis aves yang termasuk dalam family Accipitridae.

Umur 
Umur jenis elang ini memang bisa mencapai lebih dari 40 tahun, namun hanya jika berada pada daerah penangkaran, which means, semua serba terjamin. Bagaimana dengan di alam liar? Well, umurnya bisa jauh lebih singkat, kadang hanya mencapai 20 tahun.

Transformasi (Rebirth)
Nah, ini dia, topik utamanya! Guys, diceritakan bahwa elang naik ke atas gunung dan mematukkan paruhnya di batu. The fact is, bahan utama paruh itu adalah keratin yang serupa dengan kuku pada manusia. Jadi, bisa bayangin dong bagaimana sulitnya hal itu dilakukan? Selain itu, juga dikatakan bahwa elang juga mencabuti cakar-cakarnya. Apakah ini mungkin dilakukan, sementara elang adalah hewan karnivora yang sangat mengandalkan paruh dan cakarnya? Kemudian juga disebutkan bahwa proses transformasi memakan waktu hingga 150 hari. Sob, 150 hari itu sama dengan 5 bulan. Lantas, bagaimana bisa elang bisa menahan lapar hingga 5 bulan lamanya? Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun, disebutkan bahwa elang bondol hanya bisa menahan lapar selama 3 hari dan tidak lebih. So, we can conclude that this is quite impossible to occur.







Bottom Line 
The conclusion is cerita tersebut hanya mitos yang kurang dapat dipertanggungjawabkan keabsahan ilmiahnya. Well, after all, cerita-cerita tertentu memang layak disampaikan, apalagi bila mengandung hikmah yang bisa diambil. But, as smart generation, kita tetap harus bisa menyaring mana informasi yang benar dan mana yang kurang tepat.

Jumat, 02 Mei 2014

Museum Mpu Purwa



Sabtu, 26 April 2014
                Berbekal info dari blog, saya dan seorang teman menelusuri jalan Sukarno-Hatta mencari lokasi museum Mpu Purwa. Agak memalukan sebenarnya – untuk mengakui bahwa kami tak mengetahui di mana persisnya lokasi museum – mengingat jalan Sukarno-Hatta sebenarnya amat dekat dengan kampus kami, yaitu Universitas Brawijaya (UB). Tak kami sangka, ternyata info dari blog tersebut amat menyesatkan. Blog tersebut menyatakan – dengan menyertakan peta – bahwa museum terletak di seberang rumah sakit Permata Bunda (PB). Kami menyadari hal ini setelah jauh berjalan menyusuri jalan yang dimaksud dan ternyata tak nampak tanda-tanda museum sama sekali. Parahnya, kami baru ingat ada seorang teman yang bertempat tinggal di jalan Sukarno-Hatta yang mungkin bisa membantu kami. Dan setelah mendapat informasi yang lebih akurat, olala... jalan masuk yang benar ternyata sudah jauh kami lampaui dan sama sekali tidak dekat dengan PB.. Kami pun berbalik arah.
                Lokasi yang benar adalah jika kita berjalan lurus dari arah UB, maka jalan masuk ke museum berada di sebelah kiri dengan gerbang yang mengandung tulisan SMPN 18. Yup, benar sekali. Jalan masuk museum sama dengan jalan masuk ke SMP tersebut. Museum terletak tepat di belakang rumah sakit UB yang masih dalam proses pembangunan.
                Setelah sampai di museum, kami baru tahu bahwa waktu berkunjung ke museum adalah hari Senin sampai Jumat, pukul 08.00 – 15.00 WIB. Berhubung kami berkunjung di hari Sabtu, maka museum sedang tutup. Beruntung, penjaga museum yang bertempat tinggal satu kompleks dengan museum berbaik hati mau membukakan pintu.

                Halaman museum membentang luas dan hijau, indah serta tertata rapi. Beberapa pohon maja juga nampak tumbuh lebat di sana. Memasuki halaman, akan terlihat patung Budha yang amat besar dan diapit oleh dua singa. 

Museum ini diresmikan oleh Wali Kota Malang Peni Suparto pada tahun 2004 sebagai tempat penyimpanan benda-benda bersejarah. Nama Mpu Purwa sendiri diambil dari pendeta Hindu Jawa yang juga ayah dari Ken Dedes, seorang wanita yang kelak menurunkan raja-raja besar di jaman Singasari dan Majapahit. Dengan demikian, tak heran bila ketika memasuki bangunan utama museum, kita akan disambut oleh replika arca Ken Dedes atau Pradnaparamitha. 

Museum ini tidak terlalu luas, tapi koleksi yang ada di dalamnya bernilai sejarah sangat tinggi. Koleksi tersebut sebagian besar merupakan arca dewa pada kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia yang berhasil dikumpulkan dari berbagai wilayah di Kota Malang dan sekitarnya. Ada pula prasasti-prasasti yang berhuruf Pallawa dan beberapa asesoris candi serta beberapa benda yang berasal dari masa kerajaan Hindu-Buddha. 
Arca-arca ditata amat rapi dengan keterangan lengkap yang dapat menambah banyak informasi bagi kita. Sayangnya, banyak arca yang sudah tidak lagi utuh. Dinding dihiasi dengan beberapa foto bangunan di Kota Malang yang dianggap memiliki nilai sejarah. Dari keterangan yang kami dapat di sana, dapat kami ketahui bahwa beberapa bangunan di Kota Malang, seperti Masji Agung Jami’, Gereja Alun-alun dan Gereja Kayutangan ternyata sudah berusia ratusan tahun. Sayangnya, tidak ditunjukkan foto asli dari jaman dulu, sehingga pengunjung tidak bisa membayangkan bagaimana keadaan bangunan-bangunan tersebut pada masa lampau.
Salah satu hal yang kami anggap menarik adalah banyaknya arca Ganesya yang berada di museum ini. Mulai dari yang berukuran kecil hingga yang berukuran besar. Uniknya adalah, bagian yang hilang dari arca tersebut sebagian besar adalah bagian belalai. Hal ini mengusik pikiran kami, adakah azimat khusus yang mengirinya, sehingga banyak orang yang memburunya?


Di salah satu bagian dinding terdapat naskah Sumpah Palapa yang diucapkan Patih Gajah Mada yang berisi tekad untuk menyatukan nusantara. Selain itu, ada juga keterangan yang menjelaskan perkembangan abjad dari huruf Pallawa yang banyak berkembang sehingga menghasilkan abjad huruf Jawa yang kita kenal dengan hanacaraka hingga abjad Bali.
Dari museum ini, kami banyak belajar, terutama tentang sejarah bangsa Indonesia di jaman kerajaan Hindu-Buddha.  Bangsa Indonesia adalah bangsa yang tinggi budaya dan religiusitasnya, sehingga mampu menghasilkan benda-benda yang tinggi nilai seni sekaligus nilai keagamaannya. Jadi, benar-benar tak ada salahnya menjadikan museum ini sebagai destinasi wisata edukasi, apalagi tidak ada tarif masuk yang dibebankan alias gratis, jadi dijamin tidak akan menguras kantong.